Thursday, July 26, 2012

LIMA ELEMEN DAN TUBUH MANUSIA




LIMA ELEMEN DAN TUBUH MANUSIA



Dalam pengobatan Tiongkok kuno, tubuh manusia dibagi menjadi lima sistem: kayu, api, tanah, logam, dan air.

Organ dan jaringan tubuh manusia sesuai dengan lima elemen. Kelima sistem tubuh tidak hanya mengatur diri secara otomatis sesuai dengan hukum Yin dan Yang, mereka juga berkoordinasi dengan lima elemen dari luar tubuh untuk mencapai kesehatan.

Di luar tubuh manusia, seseorang bereaksi terhadap beberapa hal, seperti iklim, warna, dan suara (yang kesemuanya bersesuaian dengan lima elemen). Iklim yang dikenal oleh negara-negara sub-tropis seperti musim semi, musim panas, musim gugur, dan musim dingin. Warna yang kita kenal seperti merah, kuning, putih, hitam, dan hijau. Nada yang kita kenali seperti do, re, mi, fa, sol, dan la. Bahkan unsur-unsur moral dan etika bersesuaian dengan lima elemen. Sebagai contoh, kebajikan dimasukkan dalam elemen kayu, kebenaran masuk dalam elemen logam; kesopanan masuk dalam elemen air; kebijaksanaan adalah api, dan kepercayaan adalah tanah.

Ada lima jendela yang menghubungkan dunia luar dengan sistem utama dalam tubuh. Pengobatan tradisional Tiongkok menyebutnya sebagai “lensa” atau “mulut”. Limpa, dianggap sebagai mulut. Paru-paru adalah hidung. Hati, dianggap sebagai mata. Jantung adalah lidah. Ginjal adalah telinga. Manusia mempelajari dunia luar melalui “lubang-lubang” ini. Hubungan antara lima sistem dan lima elemen adalah sebagai berikut:

Lima elemen:

Tanah, logam, kayu, api, dan air.

Lima lubang:

Mulut, hidung, mata, lidah, dan telinga.

Lima warna:

Kuning, putih, hijau, merah, dan hitam.

Lima nada:

Do, re, mi, sol, dan la.

Lima organ dalam:

Limpa, paru-paru, hati, jantung, dan ginjal.

Lima organ berongga:

Perut, usus besar, kandung empedu, usus kecil, dan kandung kemih.

Lima prinsip:

Kepercayaan, kebenaran, kesopanan, kebijaksanaan, dan kebajikan.

Kelima warna, nada, dan prinsip menyampaikan hal yang sama, bahwa hanya saat pikiran berada dalam kondisi murni mereka dapat menghubungkan seseorang pada Tao dan membangkitkan kesadaran mereka.

Bagaimana kelima elemen tersebut dapat saling memengaruhi? Sebagai contoh, logam adalah putri tanah, yang berorangtuakan api. Rakyat tanah adalah air dan pejabatnya adalah kayu. Jika kelima elemen dilihat secara metaforis (majas yang mengungkapkan perbandingan analogis) dalam diri manusia, akan terlihat seperti: Seseorang yang penuh kasih dan baik kepada anak-anaknya, menghormati orang tuanya, peduli rakyatnya, dan seorang pejabat yang tulus dan berbudi.

Setiap elemen terkait erat dengan empat unsur lainnya. Misalnya, ketika telinga, lubang dari ginjal, mendengar musik yang indah, empat organ lainnya juga akan mendapat manfaat. Ketika mata melihat sesuatu yang elegan, empat organ lainnya akan berbagi keindahan.

Ketika makna yang hakiki dari nada dan warna disalurkan melalui organ dalam, mereka membangunkan unsur-unsur moral kita. Dengan kata lain, semua hal ini membantu seseorang untuk mengikuti prinsip-prinsip universal dan berperilaku seperti manusia yang sejati.

AJARAN LELUHUR NUSANTARA





Dalam ajaran leluhur nusantara dijelaskan tentang tingkatan-tingkatan keadaan kualitas manusia, dari terendah sampai tertinggi, ;

-Yang pertama adalah mandala KASUNGKA dalam tingkatan ini seseorang masih memikirkan tentang" NAFSU SYAHWAT, GAYA HIDUP, KEKUASAAN " serta segala yang bersifat "kebinatangan"
...merupakan kualitas manusia yang "terendah" .

-YAng kedua adalah mandala SEBA tingkatan ini dimana seseorang masih memikirkan tentang "DIRINYA SENDIRI".

-Yang ketiga adalah mandala RAJA tingkatan ini hanya dapat tercapai jika seseorang memikirkan tentang "KEBAJIKAN & KEBAJIKAN".

-Yang keempat adalah mandala WENING dalam tingkatan ini hanya dapat tercapi jika seseorang telah memikirkan tentang "KASIH SAYANG'.

-Yang kelima adalah mandala WANGI tingkatan ini hanya dapat tercapai jika seseorang telah memikirkan tentang "KEBENARAN".

-Yang keenam adalah mandala AGUNG hanya dapat tercapai tercapai jika seseorang telah memikirkan tentang "KEHIDUPAN BANGSA & NEGARA".

-Yang ketujuh adalah mandala HYANG dalam tingkatan ini mungkin seseorang di tingkat kewalian yang dapat tercapai jika seseorang telah memikirkan "KESEMESTAAN"

Wednesday, July 25, 2012

Koloni Ruang Angkasa dan Spaceship





وبذلك يعلم أنه لا مانع من أن يكون هناك فضاء بين الكواكب والسماء الدنيا، يمكن أن تسير فيه المركبات الفضائية، يمكن أن تنزل على سطح القمر أو غيره من الكواكب
“… Dengan ini bisa diketahui bahwa bukanlah suatu hal yang mustahil adanya ruang hampa diantara bintang/planet dengan langit dunia, yang memungkinkan berjalan-nya kendaraan-kendaraan ruang angkasa, dan memungkinkannya untuk turun di per-mukaan bulan atau planet-planet lainnya”. (Majmu Fatawa Ibnu Bazz 1/263).

Orang Islam berpendapat bahwa langit yang tujuh lapis ini memiliki batas, masing-masing memiliki pintu yang dijaga. Pintu itulah yang biasa digunakan untuk bisa memasuki langit yang lebih atas atau turun ke langit yang lebih bawah. Pintu-pintu itu dijaga oleh para malaikat dan setiap yang masuk akan ditanya sebagaimana dalam peristiwa Isra Mi’raj. Para ulama pun berijma, bahwa bentuk langit ini pun bulat sebagaimana Bumi. Al-Hafizh Ibnu Katsir rahima-hullahu dalam Al-Bidayah (1/69) mengatakan,
وَقَدْ حَكَى ابْنُ حَزْمٍ، وَابْنُ الْمُنَادِي، وَأَبُو الْفَرَجِ ابْنُ الْجَوْزِيِّ، وَغَيْرُ وَاحِدٍ مِنَ الْعُلَمَاءِ الْإِجْمَاعَ عَلَى أَنَّ السَّمَاوَاتِ كُرِّيَّةٌ مُسْتَدِيرَةٌ
“Dan sungguh Ibnu Hazm, Ibnu Munadi, Abu Faraj bin Al-Jauzi dan para ulama lainnya telah menyebut-kan adanya ijma bahwa langit itu bulat”.
Adapun matahari, bulan dan bintang-bintang yang kita lihat diangkasa, semuanya terletak di antara langit dunia dan bumi. Ini juga untuk membantah perkataan sebagian orang bahwa yang dimaksud langit yang 7 adalah lapisan-lapisan atas bumi seperti atmosfir, padahal al-Qur’an menegaskan bahwa bintang-bintang saja masih berada dibawah langit dunia (lapisan langit pertama) atau di ruang antara, diantara bumi dan langit dunia.
Allah Ta’ala berfirman:
وَزَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَحِفْظًا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ
… Dan Kami hiasi langit dunia dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. (Al Fushshilat ayat 12).
Ibnu Jarir (21/441) dan Ibnu Katsir (7/167) mengatakan bahwa maksud وَزَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ yaitu menghiasinya dengan الْكَوَاكِبُ artinya bintang-bintang atau planet-planet. Sebagaimana dalam surat Ash-Shafat ayat 6:
إِنَّا زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِزِينَةٍ الْكَوَاكِبِ
“Sesungguhnya Kami telah menghias langit yang terdekat (langit dunia) dengan hiasan, yaitu bintang-bintang”.
Ayat ini menegaskan bahwa bintang-bintang berada dibawah langit dunia sebagai ‘perhiasan’nya. Bahkan sebagian ulama mendapatkan faidah itu dari hasil analisis yang mendalam dari firman Allah Ta’ala,
وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ
“dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya…” (Al Anbiyaa` : 33)
Al-Qurthubi dalam Tafsir (15/33) berkata,
وَقَالَ الْحَسَنُ: الشَّمْسُ وَالْقَمَرُ وَالنُّجُومُ فِي فَلَكٍ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ غَيْرُ مُلْصَقَةٍ، وَلَوْ كَانَتْ مُلْصَقَةً مَا جَرَتْ ذَكَرَهُ الثعلبي والماوردي
“Dan Al-Hasan Al-Bashri berkata : “Matahari dan bulan dan bintang-bintang terletak di antara langit (dunia) dan bumi tanpa melekat/menempel (dengan langit). Seandai-nya melekat (dengan langit) maka tidak berjalan/ beredar”. Disebutkan riwayat itu oleh Ats-Tsa’labi dan Al-Mawardi”.
Imam Sayuthi rahimahullahu dalam Dur Al-Mantsur (5/627) menyebutkan,
وَأخرج ابْن جرير وَابْن أبي حَاتِم وَأَبُو الشَّيْخ فِي العظمة عَن ابْن عَبَّاس رَضِي الله عَنْهُمَا فِي قَوْله: {كل فِي فلك} قَالَ: فَلْكَةٍ كفَلْكَة المغْزَل
“Dan dikeluarkan oleh Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim, dan Abu Syaikh dalam Al-‘Adzamah dari Ibnu Abbas radhiyallahu’anhu tentang firman Allah “Masing-masing dari keduanya di dalam garis edarnya”, beliau berkata : “Masing-masing beredar/berputar sebagai-mana pemintal benang berputar pada porosnya.”
Lihat Ibnu Katsir (6/579 -salamah).







 Bumi berputar seperti pemintal benang


Lalu timbul pertanyaan, mungkinkah bisa kita membuat sebuah pesawat antariksa dan berjalan diantara langit dan bumi lalu mendaratkan pesawat di planet-planet?. Jawabnya mungkin saja, bukan suatu kemustahilan. Walaupun sangat sulit sekali mewujudkannya, bahkan teknologi paling canggih buatan manusia sekarang ini pun hanya mampu mendaratkan manusia di bulan, sebagaimana datang kabarnya kepada kita.
Syaikh Bin Baz rahimahullahu berkata,
وظاهر الأدلة السابقة، وكلام الكثير من أهل العلم أو الأكثر كما حكاه النسفي، والألوسي: أن جميع الكواكب ومنها الشمس والقمر تحت السماوات، وليست في داخل شيء منها، وبذلك يعلم أنه لا مانع من أن يكون هناك فضاء بين الكواكب والسماء الدنيا، يمكن أن تسير فيه المركبات الفضائية، يمكن أن تنزل على سطح القمر أو غيره من الكواكب
“Yang nampak dari dalil-dalil tersebut dan perkataan kebanyakan ulama bahkan mayoritas mereka sebagai-mana yang disebutkan oleh an-Nasafi dan al-Alusi; bahwa semua bintang dan planet, termasuk matahari dan bulan berada di bawah langit dan bukan berada di dalamnya. Dengan ini bisa diketahui bahwa bukanlah suatu hal yang mustahil adanya ruang hampa diantara bintang/planet dengan langit dunia, yang memungkin-kan berjalannya kendaraan-kendaraan ruang angkasa, dan memungkinkannya untuk turun di permukaan bulan atau planet-planet lainnya”. (Majmu Fatawa Ibnu Bazz 1/263).
Kemampuan ini tentu disertai banyak sekali keterbatasan. Sebab Allah sebagaimana telah penulis sebutkan, telah mambatasi kemampuan manusia untuk melakukan itu karena manusia tidak memiliki sulthon. Adapun anggapan sebagian Ufolog kalau alien yang ada dibumi ini adalah manusia-manusia zaman dahulu (dalam Film Stargate Atlantis mereka dipanggil ancient) seperti penghuni Atlantis atau Bangsa Lemuria yang kabarnya diberitakan Plato, atau beberapa bangsa lainnya yang konon telah pindah dari Planet Bumi ke Planet-Planet dibintang lain bahkan di galaksi lain, nampaknya adalah sebuah hayalan kosong.[1]
Dalam banyak dalil disebutkan bahwa manusia nampaknya harus melupakan ambisinya untuk tinggal dan membuat koloni-koloni menetap di planet-planet di luar angkasa. Bagi manusia, tidak ada planet yang lebih cocok untuk ditinggali kecuali dibumi ini. Banyak sekali ayat al-Qur’an yang menegaskan hal tersebut.
Syaikh Muhammad Shalih Utsaimin rahima-hullahu tatkala ditanya,
إذا صح ما ذكر من إنزال المركبة الفضائية على سطح القمر فهل بالإمكان إنزال إنسان على سطحه؟ .
Apabila memang benar berita tentang turunnya pesawat antariksa di daratan bulan, yang dipertanyakan adalah, apakah mungkin manusia juga dapat menetap di daratannya (hidup di bulan)?
Beliau menjawab,
أن ظاهر القرآن عدم إمكان ذلك وأن بني آدم لا يحيون إلاّ في الأرض يقول الله تعالى: {فِيهَا تَحْيَوْنَ وَفِيهَا تَمُوتُونَ وَمِنْهَا تُخْرَجُونَ} . فحصر الحياة في الأرض والموت فيها والإخراج منها، وطريق الحصر فيها تقديم ما حقه التأخير، ونحو هذه الآية قوله تعالى: {مِنْهَا خَلَقْنَاكُمْ وَفِيهَا نُعِيدُكُمْ وَمِنْهَا نُخْرِجُكُمْ تَارَةً أُخْرَى} . حيث حصر ابتداء الخلق من الأرض، وأنها هي التي نعاد فيها بعد الموت ونخرج منها يوم القيامة، كما أن هناك آيات تدل على أن الأرض محل عيشة الإنسان {وَلَقَدْ مَكَّنَّاكُمْ فِي الْأَرْضِ وَجَعَلْنَا لَكُمْ فِيهَا مَعَايِشَ} . فظاهر القرآن بلا شك يدل على أن لا حياة للإنسان إلا في هذه الأرض التي منها خلق، وإليها يعاد، ومنها يخرج، فالواجب أن نأخذ بهذا الظاهر وأن لا تبعد أوهامنا في تعظيم صناعة المخلوق إلى حد نخالف به ظاهر القرآن رجما بالغيب، ولو فرض أن أحدا من بني آدم تمكن من النزول على سطح القمر وثبت ذلك ثبوتا قطعيا أمكن حمل الآية على أن المراد بالحياة المذكورة الحياة المستقرة الجماعية كحياة الناس على الأرض، وهذا مستحيل والله أعلم.
Yang nampak dari keterangan al-Qur’an, hal semacam ini tidak mungkin terjadi, dikarenakan manusia tidak-lah mungkin bisa hidup kecuali di bumi. Allah berfirman: "Di bumi itu kamu hidup dan di di bumi itu kamu mati, dan dari bumi itu (pula) kamu akan dibangkitkan". (Al-A’raf: 25). Dalam ayat di atas Allah membatasi kehidupan, kematian dan kebang-kitan adalah di bumi. Bentuk pembatasan dalam ayat ini adalah mendahulukan sesuatu yang pada dasarnya harus diakhirkan. Semacam ayat ini adalah firman Allah: "Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kamu, dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu, dan daripadanya Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain". (Thaha: 55). Yaitu Allah membatasi permulaan ciptaan dari bumi, dan bahwa ke bumi-lah kita akan dikembalikan setelah kematian, dan dari bumi pula kita akan dibangkitkan dari kematian di hari kiamat. Sebagaimana juga ada ayat-ayat lain yang menunjukkan bahwa bumi adalah sebagai tempat kehidupan manusia. Allah berfirman: "Dan Kami telah menjadikan untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup, dan (Kami menciptakan pula) makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rezeki kepadanya". [Al Hijr:20]. Zhahir al-Qur’an -tanpa keraguan lagi- menjelaskan bahwa tidak ada kehidupan buat manusia kecuali di bumi ini, yang dari bumi ini manusia diciptakan, dan kepadanya ia akan dikembali-kan, dan darinya ia akan di bangkitkan. Maka kita wajib meyakini zhahir al-Qur’an tersebut, dan jangan sampai persangkaan kita di dalam mengagungkan kreasi makhluk menjauhkan kita sehingga menyelisihi zhahir al-Qur’an dengan perkiraan. Kalau seandainya ada seorang manusia mampu turun (hidup) di daratan bulan, dan hal itu nyata dan pasti, maka dimungkinkan untuk membawa pengertian kehidupan dalam ayat tersebut ialah kehidupan yang tetap secara jama’ah seperti layaknya kehidupan manusia di bumi, sedang-kan hal ini mustahil. Wallahu’lam”. (Majmu Fatawi wa Rasail 5/326-327).
Penulis menambahkan bahwa akan ada banyak kesulitan manusia hidup selain dibumi ini, karena hal itu terkait “keperluan-keperluan untuk hidup”, sedang-kan bumi telah menyediakan semua keperluan itu (al-Hijr 20), apalagi tubuh manusia memerlukan adaptasi dengan lingkungan baru lebih-lebih kalau lingkungan itu berbeda secara ekstrim, seperti: udara (Oksigen) yang nyaman untuk bernafas, sekaligus tidak adanya zat-zat lain diudara yang berbahaya, ketersediaan sumber makanan dan air yang cukup, terkait juga dengan keberadaan lapisan pelindung planet yang pas dari benda-benda kosmik seperti sinar bintang, radiasi, meteor, debu luar angkasa dan lain sebagainya.
Hal tersebut diatas dipandang dari satu sisi. Belum lagi dipandang dari sisi yang lain sebagaimana telah kami sebutkan sebelumnya dari jarak yang jauh, kemampuan melintasinya dan lain sebagainya yang membuat kesimpulan bahwa alien-alien itu bukanlah manusia bumi yang hijrah ke planet-planet asing.
Akan tetapi kami setuju bahwa bisa jadi manusia sebelum kita mencapai tekonologi yang lebih maju dari kita. Hanya saja peninggalan yang tersisa dari teknologi mereka tinggallah puing-puing dan reruntuhan. Salah satu bukti teknologi masyarakat “Pra Sejarah” adalah Kapal Nabi Nuh ‘alaihi sallam. Bahtera ini unggul jauh dari kapal-kapal induk zaman sekarang dari segi teknologi, kekuatan dan ukurannya. Ini tidaklah mengherankan karena firman Allah Ta’ala,
وَاصْنَعِ الْفُلْكَ بِأَعْيُنِنَا وَوَحْيِنَا
“Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami” (Qs. Hud 37).
Maksudnya dengan pemantauan dari Kami terhadap pembuatan kapal tersebut agar Kami dapat mengarahkan kepada pembuatan yang lebih tepat dan benar.
Dari segi ukuran, kapal ini pasti sangat besar, karena ia menampung semua jenis hewan secara berpasang-pasangan.
حَتَّى إِذَا جَاءَ أَمْرُنَا وَفَارَ التَّنُّورُ قُلْنَا احْمِلْ فِيهَا مِنْ كُلٍّ زَوْجَيْنِ اثْنَيْنِ وَأَهْلَكَ إِلا مَنْ سَبَقَ عَلَيْهِ الْقَوْلُ وَمَنْ آمَنَ وَمَا آمَنَ مَعَهُ إِلا قَلِيلٌ
“Hingga apabila perintah Kami datang, dan tannur telah memancarkan air, Kami berfirman: "Muatkanlah ke dalam bahtera itu dari masing-masing binatang sepasang (jantan dan betina), dan keluargamu kecuali orang yang telah terdahulu ketetapan terhadapnya dan (muatkan pula) orang-orang yang beriman." Dan tidak beriman bersama dengan Nuh itu kecuali sedikit”. (Qs. Hud 40).
Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullahu berkata,
فَعِنْدَ ذَلِك أمره الله تَعَالَى أَن يصنع الْفلك، وهى السَّفِينَة الْعَظِيمَة الَّتِى لم يكن لَهَا نَظِير قبلهَا وَلَا يكون بعْدهَا مثلهَ
“Pada saat itu Allah Ta’ala telah memerintahkan Nabi Nuh ‘alaihi sallam untuk membuat perahu dalam ukuran yang sangat besar yang belum pernah ada sebelumnya, dan tidak akan pernah akan ada sesudah-nya perahu sebesar ukuran perahu yang dibuat Nuh ‘alaihi sallam tersebut”. (Qishashul Anbiya hal. 94).
Dari segi teknologi dan kekuatan, bahtera itu pasti sangat canggih dan kuat. Banjir besar di zaman Nuh alaihi sallam itu tinggi gelombang Tsunaminya saja setinggi gunung sebagaimana digambarkan al-Qur’an,
وَهِيَ تَجْرِي بِهِمْ فِي مَوْجٍ كَالْجِبَالِ
”Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung…” (QS. Hud 42-43).
Saya yakin kapal induk tercanggih lagi terkuat buatan Amerika sekarang ini saja belum tentu mampu menahan terjangan tsunami yang begitu dasyatnya sampai gelombangnya setinggi gunung. Bahkan mungkin bisa mencapai 1000 kali lebih dasyat dari Tsunami Aceh yang menghebohkan itu. Ini jelas menunjukan kalau kapal Nabi Nuh ‘alahi sallam ini kecanggihan dan kekuatannya jauh melebihi kapal-kapal paling canggih dizaman ini.
Diterangkan dalam Al-Qur’an bahwa kapal itu terbuat dari al-wahi dan dusur. Para ahli tafsir berbeda pendapat tentang makna keduanya,
وَحَمَلْنَاهُ عَلَى ذَاتِ أَلْوَاحٍ وَدُسُرٍ
“Dan Kami angkut Nuh ke atas (bahtera) yang terbuat dari al-wahi dan dusur” (Qs. Al-Qamar 13).
Ada yang mengatakan bahwa maknanya papan kayu dan paku-paku. Dapat kita bayangkan bagaimana kapal yang terbuat dari bahan kayu dan paku-paku bisa bertahan dalam bencana sedasyat itu!!. Namun demikian hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala,
تَجْرِي بِأَعْيُنِنَا جَزَاءً لِمَنْ كَانَ كُفِرَ
“Yang berlayar dengan pemeliharaan Kami sebagai balasan bagi orang-orang yang diingkari (Nuh)” (Qs. Al-Qamar 13).
Andaikata tanpa pertolongan Allah Ta’ala, kapal sekuat apapun tidak akan mampu bertahan dari bencana global ini.
Sebagian orang telah mengingkari peristiwa Nuh alaihi sallam sebagai peristiwa global, kata mereka bahkan itu terjadi hanya di daerah Nabi Nuh alaihi sallam saja. Dan pendapat ini tertolak, sebab Nuh berdoa secara umum yang tercakup seluruh tempat dibumi ini.
Ibnu Katsir rahimahullahu mengatakan,
وَقَدْ أَنْكَرَتْ طَائِفَةٌ مِنْ جَهَلَةِ الْفُرْسِ وَأَهْلِ الْهِنْد وتوع الطُّوفَانِ، وَاعْتَرَفَ بِهِ آخَرُونَ مِنْهُمْ وَقَالُوا: إِنَّمَا كَانَ بِأَرْضِ بَابِلَ وَلَمْ يَصِلْ إِلَيْنَا. قَالُوا: وَلَمْ نَزَلْ نَتَوَارَثُ الْمُلْكَ كَابِرًا عَنْ كَابِرٍ، من لدن كيومرث - بعنون آدَمَ - إِلَى زَمَانِنَا هَذَا. وَهَذَا قَالَهُ مَنْ قَالَهُ مِنْ زَنَادِقَةِ الْمَجُوسِ عُبَّادِ النِّيرَانِ وَأَتْبَاعِ الشَّيْطَانِ. وَهَذِهِ سَفْسَطَةٌ مِنْهُمْ وَكُفْرٌ فَظِيعٌ وَجَهْلٌ بليغ، ومكابرة للمحسوسات، وَتَكْذيب لرب الارض وَالسَّمَوَات. وَقَدْ أَجْمَعَ أَهْلُ الْأَدْيَانِ النَّاقِلُونَ عَنْ رُسُلِ الرَّحْمَنِ، مَعَ مَا تَوَاتَرَ عِنْدَ النَّاسِ فِي سَائِرِ الْأَزْمَانِ، عَلَى وُقُوعِ الطُّوفَانِ، وَأَنَّهُ عَمَّ جَمِيعَ الْبِلَادِ، وَلَمْ يُبْقِ اللَّهُ أَحَدًا مِنْ كَفَرَةِ الْعِبَادِ ; اسْتِجَابَةً لِدَعْوَةِ نَبِيِّهِ الْمُؤَيِّدِ الْمَعْصُومِ، وَتَنْفِيذًا لِمَا سَبَقَ فِي الْقَدَرِ الْمَحْتُومِ.
“Ada sekelompok orang Persia dan India yang me-ngingkari terjadinya angin topan. Tetapi ada sebagian mereka yang mengakuinya (diantaranya seorang penulis dari Turki –pen). Hanya saja mereka menga-takan, “Angin topan itu terjadi didaerah Babil dan tidak sampai kepada kita”. Lalu mereka mengatakan, “Dan kami masih terus menerus menjalankan kerajaan dan kekuasaan secara bergantian dari sejak Kyomarats –yakni Adam- sampai zaman sekarang ini”. Demikian lah yang dikemukakan oleh para pemuka Zindiq Majusi yaitu para penyembah api dan pengikut syaitan. Hal yang merupakan kebodohan dan kekufuran mutlak. Kedunguan sekaligus kedustaan terhadap Rabb pemilik bumi dan langit. Seluruh pemeluk agama telah sepakat mengakui adanya peristiwa taufan itu yang menimpa seluruh negeri yang ada dimuka bumi. Dan tidak tersisa seorangpun dari hamba-hamba Allah yang kafir. Sebagai wujud pengabulan doa Nabi-Nya yang mendapatkan dukungan dan perlindungan sekaligus sebagai bentuk pemberlakukan qadar apa yang telah ditetapkan lebih awal”. (Qishshul Anbiya hal 115).

[1] Sangat banyak sekali teori hayalan tentang masalah ini, penulis akan sebutkan sebagian contohnya, yaitu kisah Bangsa Janos. Konon orang-orang Janos, meninggalkan bumi berabad-abad lalu dengan pesawat pengangkut yang sangat besar lalu tinggal di Planet yang dinamakan Janos. Sayang sekali planet Janos kemudian dihujani meteor dan asteroid, sehingga mereka meninggalkan planet tersebut dan kembali ke bumi. Laporan terkini menyatakan mereka berada di suatu orbit tinggi dekat bumi dan mencari kontak dengan pemerintah bumi untuk bertukar teknologi tempat tinggal di atas, atau bawah bumi. Demikian yang mereka katakan.
Lihat : The Janos People oleh Frank Johnson.

sumber : http://alcevi-abuhaawwaa.blogspot.co.id/2012/12/koloni-ruang-angkasa-dan-spaceship.html

MERKABA

MERKABA


SOULSTAR MERKABA




SOULSTAR MERKABA adalah tekhnik yang menggabungkan ilmu meditasi, pernapasan dan ilmu geometri yang memungkinkan seseorang membangkitkan medan energi ‘biosphere’ merkaba dalam tubuhnya.

MERKABA adalah medan energi yang bercahaya yang berputar mengelilingi semua bentuk kehidupan.

Pada diri manusia energi ini membentang dalam suatu lingkaran cahaya berputar dengan diameter sepanjang 22.5 meter




DODECAHEDRON : unsur roh, prana, eter


ICOSAHEDRON : unsur air


OCTAHEDRON : unsur udara



HEXAHEDRON : unsur bumi




TETRAHEDRON : unsur api


SPHERE : Inti Sari 


POSISI MEDITASI MERKABA

MALE POSITION


 FEMALE POSITION






Dari Bleger Birru Sadu

Tuesday, July 24, 2012

Misteri Planet Inhabit (1)





 Misteri Planet Inhabit (1)



وَيَخْلُقُ مَا لا تَعْلَمُونَ
Dan Allah menciptakan apa yang kamu tidak mengetahuinya. (Qs. An-Nahl 8).

Manusia tidak pernah hidup sendiri, Allah Ta’ala telah menciptakan berbagai mahluk yang kita tidak bisa mengetahui semuanya apalagi menghitung-nya. Kemungkinannya selalu ada suatu mahluk yang Allah menciptakannya mirip dengan kita. Saya yakin akan hal tersebut, tidak ada yang mustahil, walaupun kita tidak bisa memastikan detailnya.

Penulis tidak sedang berbicara menurut akal, yang kadangkala benar dan sering kali salah. Akan tetapi berbagai dalil yang terjamin kebenarannya yang menyatakan kemungkinan tersebut. Kita memang tidak berkepentingan untuk mengetahui semua mahluk itu secara detail, ayat dan atsar lebih banyak berbicara secara global tanpa merinci. Dan menurut penulis, itupun sudah cukup untuk menenangkan hati-hati yang bertanya-tanya dan jiwa-jiwa yang penasaran.

Sedikitnya ada tiga dalil yang menunjukan besarnya kemungkinan itu,


Pertama: keumuman ayat,
وَيَخْلُقُ مَا لا تَعْلَمُونَ
Dan Allah menciptakan apa yang kamu tidak mengetahuinya. (Qs. An-Nahl 8).
Menurut pendapat yang benar, ayat ini berbicara secara umum tentang seluruh ciptaan Allah, bukan khusus tentang mahluk yang ada dibumi saja. Bahkan beberapa ahli tafsir menukil banyak riwayat yang menjelaskan perihal sebagian mahluk-mahluk itu. Hanya saja, tafsir-tafsir telah banyak bercampur antara riwayat yang lemah dengan yang shahih, sulit untuk membedakannya kecuali mereka yang benar-benar ahli dibidang ini.
Syaikh Mahmud Syukri Al-Alusi rahima-hullahu (w. 1342 H) dalam kitabnya Ma Dalla ‘Alaihi Al-Qur’an Min Ma Yadhadhu Al-Haiah Al-Jadidah Al-Qawimah Al-Burhan hal. 128, berkata :
بل لايبعد أن يكون في كل سماء حيوانات ومخلوقات علي صور شتي وأحول محتلفة لا نعلمها ولم يذكر في الأجبار شيء منها فقد قال تعالي : وَيَخْلُقُ مَا لا تَعْلَمُونَ
“Bahkan tidak terlalu jauh jika dikatakan bahwa disetiap langit ada hewan-hewan dan mahluk-mahluk lain dengan keragaman bentuk dan kondisi mereka yang tidak diketahui dan tidak pernah disebutkan dalam khabar sedikitpun. Sungguh Allah telah ber-firman : Dan Allah menciptakan apa yang kamu tidak mengetahuinya" (Qs. An-Nahl 8).
Ar-Ruhaaniyuun
Diantaranya apa yang dituturkan oleh Syeikh Muhammad bin Ahmad bin Iyas al-Hanafi seorang murid dari Imam ahli hadits yang terkenal Syaikh Jalaludin as-Sayuthi yang wafat setelah tahun 928 H (1522 M) dalam kitabnya: Bada’i az-Zuhur fi Waqa’i ad-Duhur. Syaikh menyebutkan sebuah riwayat:
خلق الله تعالى أرضا بيضاء مثل الفضة وهى قدر الدنيا ثلاثين مرة وا أمم كثيرة لا يعصون الله طرفة عين قالت الصحابة يارسول الله أمن ولد آدم هم قال لا يعلمهم غير الله ليس لهم علم بآدم قالوا يارسول الله فأين ابليس منهم فقال ولا يعلمون بأبليس ثم تلا قوله تعالى) ويخلق ما لاتعلمون(
“Allah menciptakan suatu bumi putih seperti perak. Ukurannya 30 kali ukuran dunia (bumi).[1] Disana tinggal berbagai umat yang tidak pernah bermaksiat kepada Allah sedetik pun”. Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah apakah mereka termasuk anak Adam?’. Beliau menjawab, “Tidak ada yang mengeta-hui mereka kecuali Allah, dan mereka tidak memiliki pengetahuan tentang Adam”. Beliau ditanya, “Bagai-mana dengan Iblis terhadap mereka?”. Beliau men-jawab, “Mereka tidak mengetahui Iblis. Kemudian beliau membaca firman Allah, “Dan Allah mencipta-kan apa yang tidak kamu mengetahuinya”. (Qs. Nahl 8).
Dinukil dengan lafazh yang mirip kisah diatas oleh As-Sam’ani dalam Tafsir (1/371), beliau berkata, “Ini Khabar gharib”, juga oleh Ismail Haqi dalam Ruhul Bayan – cet Darul Ihya Ut Turot (5/9), dan As-Samarkandi dalam Bahr Ulum – cet Darul Fikr (2/267) tapi semuanya tanpa sanad.
Kemudian Al-Hafizh Ibnu Katsir dalam Tafsir-nya (8/157) menyebutkan salah satu sanadnya dari Imam Abu Bakar Abdullah bin Muhammad, yang dikenal dengan Ibnu Abi Dunya dalam Kitabnya At-Tafakur wal I’tibar:
حَدَّثَنِي إِسْحَاقُ بْنُ حَاتِمٍ الْمَدَائِنِيُّ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سُلَيْمَانَ عَنْ عُثْمَانَ بْنِ أَبِي دَهْرَسٍ قَالَ بَلَغَنِي أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ انْتَهَى إِلَى أَصْحَابِهِ وَهُمْ سُكُوتٌ لَا يَتَكَلَّمُونَ فَقَالَ: "مَا لكم لا تتكلمون؟ "فقال: وا نَتَفَكَّرُ فِي خَلْقِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ قَالَ "فَكَذَلِكَ فَافْعَلُوا تَفَكَّرُوا فِي خَلْقِ اللَّهِ وَلَا تَتَفَكَّرُوا فِيهِ فَإِنَّ بِهَذَا الْمَغْرِبِ أَرْضًا بَيْضَاءَ نُورُهَا سَاحَتُهَا -أَوْ قَالَ سَاحَتُهَا نُورُهَا -مَسِيرَةَ الشَّمْسِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا بِهَا خلقُ اللَّهِ تَعَالَى لَمْ يعصُوا اللَّهَ طَرفة عَيْنٍ قَطُّ "قَالُوا فَأَيْنَ الشَّيْطَانُ عَنْهُمْ؟ قَالَ "مَا يَدْرُونَ خُلِقَ الشَّيْطَانُ أَمْ لَمْ يُخْلَقْ؟ "قَالُوا أَمِنْ وَلَدِ آدَمَ؟ قَالَ "لَا يَدْرُونَ خُلِقَ آدَمُ أَمْ لَمْ يُخْلَقْ؟ "
Menceritakan kepada saya Ishaq bin Hatim Al-Madaini, menceritakan kepada kami Yahya bin Sulaiman dari Utsman bin Abi Dahras yang berkata: telah sampai kepada saya sesungguhnya Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam datang dihadapan para sahabatnya yang sedang terdiam tidak berbicara”. Beliau bersabda, “Kenapa kalian tidak saling ber-bicara?”. Mereka berkata, “Kami sedang mentafakuri ciptaan Allah Azza wa Jalla”. Beliau bersabda, “Memang seharusnya kalian menafakuri ciptaan Allah, dan tidak memikirkan tentang Dzat Allah. Sesungguh-nya di arah barat ini ada bumi yang berwarna putih, cahayanya adalah warna putihnya. Perjalanan matahari 40 hari. Didalamnya ada mahluk ciptaan Allah Ta’ala yang tidak bermaksiat kepada Allah sedikit pun”. Mereka bertanya, “Bagaimana syaitan terhadap me-reka?”. Beliau menjawab, “Mereka tidak mengetahui syaitan telah diciptakan atau tidak?”. Mereka bertanya lagi, ”Apakah mereka termasuk anak Adam?”. Beliau menjawab, “Mereka tidak mengetahui apakah Adam pernah diciptakan atau tidak?”.
Kemudian Ibnu Katsir berkata, “Hadits ini mursal dan munkar sekali”.
Penulis kemudian menemukan bahwa Abu Syaikh dalam Al-Adzamah mengeluarkannya juga dari dua jalan lain, pertama pada no. 924:
حَدَّثَنَا أَبُو الْعَبَّاسِ الْهَرَوِيُّ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ زِيَادٍ الزِّيَادِيُّ، حَدَّثَنَا مُعْتَمِرٌ، عَنِ الْمُغِيرَةِ بْنِ سَلَمَةَ، قَالَ: أَخْبَرَنِي أَبُو أُمَيَّةَ مَوْلَى شُبْرُمَةَ، وَاسْمُهُ الْحَكَمُ، عَنْ بَعْضِ أَئِمَّةِ الْكُوفَةِ قَالَ: قَامَ نَاسٌ مِنْ أَصْحَابِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَصَدَ رَسُولُ اللَّهِ صلّى الله عليه وسلم نَحْوَهُمْ فَسَكَتُوا فَقَالَ: «مَا كُنْتُمْ تَقُولُونَ؟» قَالُوا: يَا نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَظَرْنَا إِلَى الشَّمْسِ فَتَفَكَّرْنَا فِيهَا، مِنْ أَيْنَ تَجِيءُ؟ وَأَيْنَ تَذْهَبُ؟ وَتَفَكَّرْنَا فِي خَلْقِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ فَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «كَذَلِكَ فَافْعَلُوا، تَفَكَّرُوا فِي خَلْقِ اللَّهِ، وَلَا تَفَكَّرُوا فِي اللَّهِ، فَإِنَّ لِلَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى وَرَاءَ الْمَغْرِبِ أَرْضًا بَيْضَاءَ، بَيَاضُهَا نُورُهَا، أَوْ نُورُهَا بَيَاضُهَا مَسِيرَةَ الشَّمْسِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا، فِيهَا خَلْقٌ مِنْ خَلْقِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ، لَمْ يَعْصُوا اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ طَرْفَةَ عَيْنٍ» . قِيلَ: يَا نَبِيَّ اللَّهِ، مِنْ وَلَدِ آدَمَ هُمْ؟ قَالَ: «مَا يَدْرُونَ خُلِقَ آدَمُ، أَوْ لَمْ يُخْلَقْ» . قِيلَ: يَا نَبِيَّ اللَّهِ، فَأَيْنَ إِبْلِيسُ عَنْهُمْ؟ قَالَ: «مَا يَدْرُونَ خُلِقَ إِبْلِيسُ أَمْ لَمْ يُخْلَقْ»
Menceritakan kepada kami Abu Al-Abbas Al-Harawi, menceritakan kepada kami Muhammad bin Ziyad al-Ziyadiy. Menceritakan kepada kami Mu’tamar dari Mughiroh bin Salamah yang berkata: menceritakan kepada saya Abu Umayyah maula Syubrumah dan namanya Al-Hakam dari sebagaian para imam Kufah: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sampai kepada sebagian sahabatnya yang sedang terdiam”. Beliau bersabda, “Kenapa kalian tidak berbicara?”. Mereka berkata, “Ya Nabi Allah shallallahu ‘alaihi wasallam kami sedang memandang ke arah matahari dan kami sedang mentafakurinya. Dari mana ia datangnya? Dan kemana ia perginya?. Dan kami sedang mentafakuri ciptaan Allah Azza wa Jalla”. Beliau bersabda, “Memang seharusnya kalian mentafakuri ciptaan Allah dan tidak memikirkan tentang Dzat Allah. Sesungguh-nya Allah Tabaroka wa Ta’ala menciptakan diarah barat bumi yang putih. Putih cahayanya, atau cahaya-nya itu yang membuatnya putih. Perjalanan matahari 40 hari. Didalamnya ada mahluk dari mahluk ciptaan Allah Azza wa Jalla. Mereka tidak bermaksiat kepada Allah sedikitpun”. Ditanyakan kepada beliau, “Ya Nabiyallah, apakah mereka termasuk anak Adam?”. Beliau menjawab, “Mereka tidak mengetahui bahwa Adam pernah diciptakan atau tidak”. Dikatakan kepada beliau, “Ya Nabiyallah, bagaimana dengan Iblis kepa-da mereka?”. Beliau menjawab, “Mereka tidak pernah mengetahui Iblis pernah diciptakan atau tidak”.
Lalu pada no. 922 :
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ جَعْفَرِ بْنِ نَصْرٍ الْجَمَّالُ، حَدَّثَنَا حُمَيْدُ بْنُ زَنْجُوَيْهِ، حَدَّثَنَا أَبُو الْأَسْوَدِ النَّضْرُ بْنُ عَبْدِ الْجَبَّارِ، حَدَّثَنَا مَسْلَمَةُ بْنُ عُلَيٍّ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْخُرَاسَانِيِّ، عَنْ مُقَاتِلِ بْنِ حَيَّانَ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ كَعْبٍ الْقُرَظِيِّ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «إِنَّ لِلَّهِ تَعَالَى أَرْضًا مِنْ وَرَاءِ أَرْضِكُمْ هَذِهِ، بَيْضَاءَ نُورُهَا، وَبَيَاضُهَا مَسِيرَةُ شَمْسِكُمْ هَذِهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا» . قَالُوا: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْنِي مِثْلَ الدُّنْيَا أَرْبَعِينَ مَرَّةً، فِيهَا عِبَادٌ لِلَّهِ تَعَالَى، لَمْ يَعْصُوهُ طَرْفَةَ عَيْنٍ ". قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَمِنَ الْمَلَائِكَةِ هُمْ؟ قَالَ: «مَا يَعْلَمُونَ أَنَّ اللَّهَ خَلَقَ الْمَلَائِكَةَ» . قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَفَمِنْ وَلَدِ آدَمَ هُمْ؟ قَالَ: «مَا يَعْلَمُونَ أَنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ خَلَقَ آدَمَ» . قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَفَمِنْ وَلَدِ إِبْلِيسَ هُمْ؟ قَالَ: «مَا يَعْلَمُونَ أَنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ خَلَقَ إِبْلِيسَ» . قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَمَنْ هُمْ؟ قَالَ: «هُمْ قَوْمٌ يُقَالُ لَهُمُ الرَّوْحَانِيُّونَ، خَلَقَهُمُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ ضَوْءِ نُورِهِ»
Menceritakan kepada kami Ahmad bin ja’far bin Nashr al-Jammal. Menceritakan kepada kami Muhammad bin Janzuwaih, menceritakan kepada kami Abu Al-Aswad An-Nadhr bin Abdul Jabar. Menceritakan kepada kami Maslamah bin ‘Ulay dari Abdurrahman al-Khurasani dari Muqatil bin Hayyan dari Muhammad bin Ka’ab al-Quradhi dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: Sesungguhnya Allah Ta’ala menciptakan sebuah bumi di seberang bumi kalian ini. Putih adalah sinar dan cahayanya, dan jaraknya adalah perjalanan matahari kalian ini 40 hari. Perawi berkata, “Maksud Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam yaitu semisal besar dunia ini 40 kalinya”. Didalamnya ada hamba Allah Ta’ala yang tidak bermaksiat sedikitpun”. Ditanyakan, “Ya Rasulullah, apakah mereka termasuk malaikat?”. Beliau men-jawab, “Bahkan mereka tidak mengetahui kalau Allah menciptakan malaikat”. Beliau ditanya lagi, “Lalu apakah mereka termasuk anak turun Adam?”. Beliau menjawab, “Bahkan mereka tidak mengetahui kalau Allah menciptakan Adam”. Ditanyakan lagi, “Kalau demikian, apakah mereka termasuk anak turun Iblis?”. Beliau menjawab, “Bahkan mereka tidak mengetahui kalau Allah menciptakan Iblis”. Lalu mereka bertanya, “Lantas siapa mereka, ya Rasulullah?”. Beliau men-jawab, “Mereka adalah kaum yang disebut Ar-Ruuhaaniyyuun. Allah Azza wa Jalla menciptakan mereka dari cahaya sinar-Nya”.[2]
Menurut penulis, walaupun dengan tambahan dua jalan inipun, tetap saja hadits ini tidak shahih.[3] Penisbatan kepada sebagian perkataan salaf agaknya lebih tepat daripada memarfukannya kepada Rasu-lullah shallallahu’alaihi wasallam. Dan ternyata me-mang demikian adanya sebagaimana diriwayatkan oleh Abdulloh bin Ahmad bin Hambal dalam kitab Al-Zuhud (No. 1589), begitu pula Abu Syaikh dalam Al-Adzamah (no. 921) yang meriwayatkan hadits diatas tidak secara marfu kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam melainkan justru dari perkataannya Aun bin Abi Syadad.
Abdullah bin Ahmad bin Hambal berkata:
حدثني نَصْرَ بْنَ عَلِيٍّ، حدثنا نُوحُ بْنُ قَيْسٍ، حدثني عَوْنُ بْنُ أَبِي شَدَّادٍ، قَالَ إِنَّ للَّهِ تبارك وتعالى خلق بمسقط الشَّمْسِ أَرْضًا بَيْضَاءَ نُورُهَا بَيَاضُهَا فِيهَا قَوْمٌ لَمْ يَدْرُوا أَنَّ اللَّهَ تبارك وتعالى عُصِيَ قَطُّ »
Menceritakan kepada saya Nashr bin Ali, men-ceritakan kepada kami Nuh bin Qais. Menceritakan kepada saya ‘Aun bin Abi Syadad yang berkata: “Sesungguhnya Allah Tabaroka wa Ta’ala mencipta-kan diarah terbenamnya matahari, bumi yang putih, cahayanya itulah yang (menyebabkan) putih, didalam-nya ada kaum yang tidak melakukan kemaksiatan kepada Alloh Tabaroka wa Ta’ala sedikitpun”.
Abu Syaikh berkata:
حَدَّثَنَا الْهَرَوِيُّ، حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ، حَدَّثَنَا نُوحُ بْنُ قَيْسٍ الْحُدَّانِيُّ، قَالَ: سَمِعْتُ عَوْنَ بْنَ أَبِي شَدَّادٍ يَقُولُ: «إِنَّ لِلَّهِ تَعَالَى أَرْضًا بَيْضَاءَ نُورُهَا بَيَاضُهَا خَلْفَ مَسْقَطِ الشَّمْسِ، فِيهَا قَوْمٌ مَا يَشْعُرُونَ أَنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ عُصِيَ فِي أَرْضٍ»
Menceritakan kepada kami Al-Harawi, menceritakan kepada kami Ubaidullah, menceritakan kepada kami Nuh bin Qais al-Hudani yang berkata: aku mendengar Aun bin Syadad berkata: “Sesungguhnya Allah Ta’ala menciptakan bumi yang putih, cahayanya itulah yang (menyebabkan) putih, diarah terbenamnya matahari, didalamnya ada kaum yang tidak mengetahui sesung-guhnya Alloh Azza wa Jalla dimaksiati dibumi”.
Sebagian salaf menyebut penghuni bumi yang putih itu sebagai ruhaniyun. Yang dimaksud adalah mahluk yang disebut ‘Ruh” dalam Surat an-Naba ayat 38:
يَوْمَ يَقُومُ الرُّوحُ وَالْمَلائِكَةُ صَفًّا
“Pada hari ketika ruh dan para malaikat berdiri bershaf-shaf”.
Ruh ini konon memiliki bentuk seperti Bani Adam, mereka makan dan minum seperti kita. Abu Syaikh meriwayatkan hal ini (no. 410) dari perkataan-nya Mujahid rahimahullahu:
حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ، حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عِصَامٍ، حَدَّثَنَا أَبُو عَامِرٍ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنِ ابْنِ أَبِي نَجِيحٍ، عَنْ مُجَاهِدٍ رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى قَالَ: «الرُّوحُ خَلْقٌ عَلَى صُوَرِ ابْنِ آدَمَ يَأْكُلُونَ وَيَشْرَبُونَ»
Menceritakan kepada kami Al-Walid, menceritakan kepada kami Ahmad bin ‘Isham, menceritakan kepada kami Abu ‘Amr menceritakan kepada kami Sufyan dari Ibn Abi Najih dari Mujahid Rahimahullahu Ta’ala: “Ruh itu diciptakan dalam rupa anak Adam. Mereka makan dan minum”.
Dikeluarkan pula oleh Abu Syaikh pada (no. 402), Abu Nu’aim dalam Hilyatul Aulia (3/290) dan Ibn Jarir dalam Tafsir (24/176), semuanya dari arah Sufyan sebagaimana diriwayatkan Abu Syaikh. Ibn Jarir dihalaman yang sama mengeluarkannya dari jalan yang lain kepada Mujahid semisal lafazh diatas.
Dalam riwayat lain Mujahid berkata,
الرُّوحُ يَأْكُلُونَ وَلَهُمْ أَيَدٍ وَأَرْجُلٌ وَلَهُمْ رُءُوسٌ وَلَيْسُوا بِمَلَائِكَةٍ
“Ruh itu makan, dan mereka memiliki tangan, kaki dan kepala. Tapi mereka bukan malaikat”.
Lafazh ini disebutkan Abdurrazaq dalam Tafsir (no. 3469 – Darul Kutub Ilmiyah). Lihat pula Ibnu Jarir dalam Tafsirnya (24/176) semisal ini.
Aku pikir kisah tentang Ruh ini shahih dari perkataan Mujahid dengan banyaknya jalan kepada-nya, bahkan telah shahih pula dari Ibnu Abbas radhiyallahu ’anhu sebagaimana dikatakan Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Fathul Baari (8/402):
وَقَدْ رَوَى بن إِسْحَاق فِي تَفْسِيره بِإِسْنَاد صَحِيح عَن بن عَبَّاسٍ قَالَ الرُّوحُ مِنَ اللَّهِ وَخَلْقٌ مِنْ خَلْقِ اللَّهِ وَصُوَرٌ كَبَنِي آدَمَ
“Dan sungguh telah diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq dalam Tafsirnya dengan isnad shahih dari Ibnu Abbas yang berkata: Ar-Ruh itu dari Allah dan salah satu mahluk dari mahluk Allah, sedangkan bentuknya sebagaimana Bani Adam”.
Beberapa salaf lainnya mengatakan hal yang sama tentang ruh, diantaranya Abu Shalih yang berkata,
يُشْبِهُونَ النَّاسَ وَلَيْسُوا مِنَ النَّاسِ
“(ruh itu) Mirip manusia tapi tidak termasuk manusia”. (HR. Abu Syaikh no. 403 dan Ibn Jarir 24/176).
Sebagian lagi menginformasikan bahwa jumlah Ruh ini sangat banyak sekali, bahkan jauh melebihi mahluk-mahluk yang kita kenal seperti malaikat, jin, setan dan manusia. Mereka mengatakan,
مَا تَبْلُغُ الْجِنُّ وَالْإِنْسُ وَالْمَلَائِكَةُ وَالشَّيَاطِينُ عُشْرَ الرُّوحِ
“Jin, manusia, malaikat dan setan tidak mencapai sepersepuluh ruh”. (Abu Syaikh no. 397 dari perkataan Abdullah bin Buraidah, tapi dalam sanadnya ada kelemahan).
Demikianlah yang sampai kisahnya tentang ruhaniyun ini dari para ulama salaf, dan hanya Allah lah yang mengetahui kebenarannya. Tapi intinya dari pembicaraan ini adalah bahwa ayat : Dan Allah menciptakan apa yang kamu tidak mengetahuinya. (Qs. An-Nahl 8), sama sekali bukan dimaksud hanya mahluk di bumi saja, melainkan dapat di-pahami secara global. Dan ini sudah cukup sebagai argumen.



Kedua: Keumuman ayat,



وَمِنْ آيَاتِهِ خَلْقُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَمَا بَثَّ فِيهِمَا مِنْ دَابَّةٍ وَهُوَ عَلَى جَمْعِهِمْ إِذَا يَشَاءُ قَدِيرٌ
“Dan di antara ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan)-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan segala yang Dia sebarkan pada keduanya (langit dan bumi) dari makhluk-makhluk yang melata (Dabbah). Dan Dia Maha Kuasa mengumpulkan semuanya apabila dikehendaki-Nya”. (Qs. Asy-Syuura 29).
Ayat ini dapat dikatakan berbicara secara global, sebab benda-benda yang berada diantara langit bumi termasuk pula didalamnya bumi, juga planet-planet, bintang-bintang, galaksi-galaksi dan benda-benda lain-nya yang beraneka ragam bentuknya sebagaimana banyak diteliti oleh para ilmuwan. Sedangkan dabbah ini walaupun makna asalnya hewan yang melata, tapi kadangkala bermakna umum termasuk mahluk berakal seperti manusia dan jin, sebagaimana dalam sebuah ayat,
وَلَوْ يُؤَاخِذُ اللَّهُ النَّاسَ بِمَا كَسَبُوا مَا تَرَكَ عَلَى ظَهْرِهَا مِنْ دَابَّةٍ وَلَكِنْ يُؤَخِّرُهُمْ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ بِعِبَادِهِ بَصِيرًا
“Dan kalau sekiranya Allah menyiksa manusia disebabkan usahanya, niscaya Dia tidak akan mening-galkan di atas permukaan bumi suatu dabbah pun akan tetapi Allah menangguhkan (penyiksaan) mereka, sampai waktu yang tertentu; maka apabila datang ajal mereka, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya”. (Fathir 45).
Al-Baghawi dalam Tafsir (7/427) berkata tentang dabbah dalam ayat diatas,
{مِنْ دَابَّةٍ} كَمَا كَانَ فِي زَمَانِ نُوحٍ أَهْلَكَ اللَّهُ مَا عَلَى ظَهْرِ الْأَرْضِ إِلَّا مَنْ كَانَ فِي سَفِينَةِ نُوحٍ
(maksud firman Allah) “dari Dabbah” yaitu sebagai-mana di zamannya Nuh, dimana Allah membinasakan setiap apa yang dipermukaan bumi kecuali siapa yang ada dalam perahu Nuh”.
Syaikh Mahmud Syukri Al-Alusi rahima-hullahu (w. 1342 H) dalam kitabnya Ma Dalla ‘Alaihi Al-Qur’an Min Ma Yadhadhu Al-Haiah Al-Jadidah Al-Qawimah Al-Burhan hal. 128, berkata menjelaskan Surat Asy-Syuura ayat 29 diatas:
هده الآية تدل بصريحها على وجود حيوانات في السماوات لأن الدابة لاتشمل الْمَلائِكَةُ. لأنه في آيه أخرى قابل بين الدابة و الْمَلك. وهي قوله تعالى :
“Ayat ini secara jelas mengisyaratkan keberadaan hewan-hewan di langit, sebab mahluk melata (Dab-bah) tidak mencakup malaikat, dan didalam ayat lain pun mahluk melata ini malah disandingkan dengan malaikat, yaitu firman Allah:
وَلِلَّهِ يَسْجُدُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ مِنْ دَابَّةٍ وَالْمَلائِكَةُ
“Dan kepada Allah sajalah bersujud segala apa yang berada di langit dan segala apa yang dibumi, dari mahluk melata (Dabbah) dan (juga) para malaikat” (Qs. An-Nahl 49).
بل لايبعد أن يكون في كل سماء حيوانات ومخلوقات علي صور شتي وأحول محتلفة لا نعلمها ولم يذكر في الأجبار شيء منها فقد قال تعالي : وَيَخْلُقُ مَا لا تَعْلَمُونَ
Bahkan tidak terlalu jauh jika dikatakan bahwa disetiap langit ada hewan-hewan dan mahluk-mahluk lain dengan keragaman bentuk dan kondisi mereka yang tidak diketahui dan tidak pernah disebutkan dalam khabar sedikitpun. Sungguh Allah telah ber-firman : Dan Allah menciptakan apa yang kamu tidak mengetahuinya. (Qs. An-Nahl 8)”.
Syaikh Al-Alusi rahimahullahu bahkan men-duga sebagian dari dabbah langit itu adalah mukallaf (dibebani kewajiban beragama), beliau melanjutkan:
وعلى القول بوجود حيوانات في السماء , فالأية تدل على أن العقلاء منهم مكلفون أيضا, ودلك قوله تعالى : وَهُوَ عَلَى جَمْعِهِمْ إِذَا يَشَاءُ قَدِيرٌ. أي: حشرهم بعد البعث للمحاسابة . ومعلوم أن غير المكلف لايهشر
“Seandainya kita menerima adanya hewan-hewan langit, maka ayat ini lebih lanjut menunjukan bahwa jenis-jenis yang berakal diantara hewan-hewan langit itu pun dibebani dengan kewajiban sebagai mukallaf. Hal ini diisyaratkan lewat firman Allah selanjutnya, “Dan Dia Maha Kuasa mengumpulkan semuanya apabila dikehendaki-Nya”. (Qs. Asy-Syuura 29), yaitu mengum-pulkan mereka setelah dibangkitkan untuk dihisab. Dan sudah maklum adanya bahwa mahluk yang tidak dibebani kewajiban agama (ghaira mukal-laf) tidak ikut dikumpulkan dihari kiamat kelak”.[1]

Buraq
Dalam hadits pun, terdapat keterangan tentang adanya binatang melata (dabbah) selain dari dabbah bumi yang kita kenal. Dalam kisah Isra mi’roj, Nabi kita shallallahu’alaihi wasalam menjumpai dabbah yang disebut Buraq yang dibawa Jibril ‘alahi salam. Rasulullah shallallahu ’alaihi wa salam menggambar-kan Buraq ini adalah dabbah (hewan melata) yang digunakan sebagai kendaraan para Nabi. Beliau shallallahu ’alaihi wasalam bersabda:
أُتِيتُ بِالْبُرَاقِ - وَهُوَ دَابَّةٌ أَبْيَضُ طَوِيلٌ فَوْقَ الْحِمَارِ وَدُونَ الْبَغْلِ يَضَعُ حَافِرَهُ عِنْدَ مُنْتَهَى طَرْفِهِ - قَالَ فَرَكِبْتُهُ حَتَّى أَتَيْتُ بَيْتَ الْمَقْدِسِ - قَالَ - فَرَبَطْتُهُ بِالْحَلْقَةِ الَّتِى يَرْبِطُ بِهِ الأَنْبِيَاءُ - قَالَ - ثُمَّ دَخَلْتُ الْمَسْجِدَ فَصَلَّيْتُ فِيهِ رَكْعَتَيْنِ
“Telah didatangkan padaku Buraq, ialah dabbah (binatang melata) yang berwarna putih bentuknya lebih besar dari pada keledai dan lebih kecil daripada beghal. Ia meletakan kakinya sejauh pandangan mata-nya. Aku menaiki binatang ini yang membawaku sampai di Baitul Maqdis, lalu ku ikat ia pada lingkaran yang biasanya digunakan oleh para Nabi untuk mengi-kat binatang tunggangannya. Kemudian aku masuk ke dalam mesjid dan mengerjakan shalat dua rakaat”.[2]
Dalam lafazh lain :
أُتِيتُ بِدَابَّةٍ فَوْقَ الْحِمَارِ وَدُونَ الْبَغْلِ خَطْوُهَا عِنْدَ مُنْتَهَى طَرْفِهَا فَرَكِبْتُ وَمَعِى جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلاَمُ
“Didatangkan kepadaku dabbah yang berbentuk lebih besar daripada keledai dan lebih kecil daripada beghal, langkahnya sejauh pandangan matanya. Aku menung-ganginya dengan disertai Jibril alaihi salam”.[3]
Buraq ini adalah contoh dabbah yang sebelum-nya asing bagi kita, andai tidak ada peristiwa Isra Mi’raj niscaya kita tidak mengetahuinya. Ini sebagai gambaran saja kemungkinan betapa banyak dab-bah-dabbah lainnya yang kita tidak mengetahuinya.
Ada sebagian orang menganggap dabbah yang bernama Buraq ini adalah sebuah wahana antariksa seperti pesawat atau piring terbang. Ini penafsiran yang keterlaluan dan mengabaikan berbagai lafazh yang menerangkan bahwa Buraq ini benar-benar seekor binatang (dabbah). Diterangkan dalam hadits diatas Nabi shallallahu’alaihi wasallam mengikatnya sebagai-mana kuda diikat dipasak berbentuk lingkaran. Dalam satu riwayat, cara menghentikan Buraq ini pun sama sebagaimana menghentikan kuda biasa,
ان النَّبِي صلى الله عَلَيْهِ وَسلم لَيْلَة أسرِي بِهِ مر على مُوسَى وَهُوَ يُصَلِّي فِي قَبره قَالَ وَذكر لي انه حمل على الْبراق قَالَ فأوثقت الْفرس أَو قَالَ الدَّابَّة بالحرابة
“Sesungguhnya pada malam Isra’, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bertemu dengan Nabi Musa ‘alaihi sallam yang sedang sholat didalam kuburnya. (Anas) berkata: Ketika itu Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam sedang naik Buraq. Beliau bersabda, “Kemu-dian aku menghentikan kuda (buraq) atau beliau berkata, “Dabbah” dengan cara bil halqah (me-mutar)”.[4]
Dalam riwayat lain, beliau menghentikannya dengan cara al-harabah (mengenjot). [5]
Dalam riwayat lain:
صَلَّيْتُ لِأَصْحَابِي صَلَاةَ الْعَتَمَةِ بِمَكَّةَ مُعْتِمًا، فَأَتَانِي جِبْرِيلُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، بِدَابَّةٍ بَيْضَاءَ فَوْقَ الْحِمَارِ , وَدُونَ الْبَغْلِ، فَقَالَ: ارْكَبْ، فَاسْتَصْعَبَ عَلَيَّ , فَدَارَهَا بِأُذُنِهَا
“Suatu ketika ketika sedang shalat isya di Mekkah, Jibril datang kepada ku dengan seekor dabbah berwarna putih, yang lebih tinggi dari keledai dan lebih pendek dari bighal, aku pun menaikinya. Tiba-tiba ia meronta dan merasa sukar berjalan sehingga jibril mengujinya dengan memegang dua telinganya”.[6]
Dalam riwayat lain:
أُتِيتُ بِالْبُرَاقِ فَرَكِبْتُ خَلْفَ جِبْرِيلَ عَلَيْهِ السَّلَامُ، فَسَارَ بِنَا إِذَا ارْتَفَعَ ارْتَفَعَتْ رِجْلَاهُ، وَإِذَا هَبَطَ ارْتَفَعَتْ يَدَاهُ
“Aku dibawakan buraq, lalu aku naik dibelakang jibril, maka ia pun terbang melesat membawa kami berdua. Ketika ia naik, kedua kaki belakangnya ikut terangkat, dan ketika ia menukik turun, kedua kaki depannya terangkat”.[7]
Itu semua menunjukan bahwa Buraq benar-benar hewan melata (Dabbah), tidak bisa ditakwilkan kepada yang lainnya. Mungkin yang menjadi penyebab orang-orang menduga Buraq ini adalah pesawat super canggih, adalah karena kecepatannya yang luar biasa. Dalam hadits yang telah lalu disebutkan “langkahnya sejauh pandangan matanya”. Sedangkan dalam hadits yang lain:
أُتِيتُ بِالْبُرَاقِ وَهُوَ دَابَّةٌ أَبْيَضُ طَوِيلٌ [الظَّهْرِ، مَمْدُودَةٍ. هَكَذَا: ت] يَضَعُ حَافِرَهُ عِنْدَ مُنْتَهَى طَرْفِهِ، فَلَمْ نُزَايِلْ ظَهْرَهُ أَنَا وَجِبْرِيلُ حَتَّى أَتَيْتُ بَيْتَ الْمَقْدِسِ.
“Telah datang (Jibril) bersama Buraq, dabbah yang berwarna putih dan panjang (dalam riwayat Tirmidzi : punggungnya terhampar seperti ini). Langkahnya se-jauh pandangan matanya, sehingga aku dan Jibril merasa seakan-akan belum menyentuh punggungnya, tiba-tiba sudah sampai di Baitul Maqdis”.[8]
Memang bisa jadi kalau Buraq ini dilihat oleh orang-orang zaman sekarang, niscaya mereka me-nyangkanya piring terbang (sebab sebagian besar mereka tercemar film Hollywood) karena kecepatan-nya. Dalam kisah Isra Mi’raj disebutkan sebagian Kafilah Quraisy yang meyaksikan lintasan Buraq pun kaget setengah mati, sampai mematahkan kaki unta-nya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bercerita,
ثُمَّ رَكِبَ مُنْصَرِفًا، فَبَيْنَا هُوَ فِي بَعْضِ طَرِيقِهِ مَرَّ بِعِيرٍ لِقُرَيْشٍ تَحْمِلُ طَعَامًا، مِنْهَا جَمَلٌ عَلَيْهِ غِرَارَتَانِ: غِرَارَةٌ سَوْدَاءُ، وَغِرَارَةٌ بَيْضَاءُ، فَلَمَّا حَاذَى بِالْعِيرِ نَفَرَتْ مِنْهُ وَاسْتَدَارَتْ، وَصُرِعَ ذَلِكَ الْبَعِيرُ وَانْكَسَرَ. ثُمَّ إِنَّهُ مَضَى فَأَصْبَحَ، فَأَخْبَرَ عَمَّا كَانَ، فَلَمَّا سَمِعَ الْمُشْرِكُونَ قَوْلَهُ أَتَوْا أَبَا بَكْرٍ فَقَالُوا: يَا أَبَا بَكْرٍ، هَلْ لَكَ فِي صَاحِبِكَ؟ يُخْبِرُ أَنَّهُ أَتَى فِي لَيْلَتِهِ هَذِهِ مَسِيرَةَ شَهْرٍ، ثُمَّ رَجَعَ فِي لَيْلَتِهِ. فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: إِنْ كَانَ قَالَهُ فَقَدْ صَدَقَ، وَإِنَّا لِنُصَدِّقُهُ فِيمَا هُوَ أَبْعَدُ مِنْ هَذَا، نُصَدِّقُهُ عَلَى خَبَرِ السَّمَاءِ. فَقَالَ الْمُشْرِكُونَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَا عَلَامَةُ مَا تَقُولُ؟ قَالَ: "مَرَرْتُ بِعِيرٍ لِقُرَيْشٍ، وَهِيَ فِي مَكَانِ كَذَا وَكَذَا، فَنَفَرَتِ الْعِيرُ مِنَّا وَاسْتَدَارَتْ، وَفِيهَا بَعِيرٌ عَلَيْهِ غِرَارَتَانِ: غِرَارَةٌ سَوْدَاءُ، وَغِرَارَةٌ بَيْضَاءُ، فَصُرِعَ فَانْكَسَرَ". فَلَمَّا قَدِمَتِ الْعِيرُ سَأَلُوهُمْ، فَأَخْبَرُوهُمُ الْخَبَرَ عَلَى مِثْلِ مَا حَدَّثَهُمُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
"Ketika kami berangkat, di dalam perjalanan aku berjumpa dengan kafilah suku Quraisy yang membawa bahan pangan. Bahan pangan itu dikemas di dalam dua karung berwarna hitam dan putih. Pada saat kami sedang berhadapan dengan kafilah tersebut, kami langsung belok dan menghindari mereka. Tiba-tiba, -saking kagetnya- salah seorang di antara kafilah itu terbanting dan kaki untanya patah. "Peristiwa semalam telah lewat, dan ketika pagi hari tiba Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberitahukan peristiwa yang telah dialaminya. Sampailah berita itu ke telinga orang-orang musyrik, lalu mereka mendatangi Abu Bakar dan bertanya, "Wahai Abu Bakar, sudahkah kamu mengetahui apa yang terjadi dengan sahabatmu? Katanya dia mendatangi suatu tempat yang hanya ditempuh dengan perjalanan pulang-pergi selama satu malam. Padahal, tempat itu lazimnya ditempuh dengan perjalanan satu bulan. " Abu Bakar berkata, "Jika yang mengatakan berita itu dia (Muhammad) aku pasti membenarkan. Bahkan yang lebih jauh dari itu pun aku pasti membenarkan, karena aku percaya berdasar-kan kabar langit. "Selanjutnya, orang-orang musyrik bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, "Apakah bukti -kebenaran- ucapanmu?" Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, "Aku bertemu dengan kafilah suku Quraisy di tempat ini dan itu. Ketika kami sedang berdekatan, aku berbelok dan menghindari unta-unta mereka. Di antara unta itu, ada yang membawa karung berwarna hitam dan putih. Saking kagetnya, unta itu terbanting dan patah kakinya." Pada saat kafilah suku Quraisy datang, orang-orang musyrik bertanya kepada kafilah itu. Kemudian kafilah suku Quraisy itu pun bercerita seperti apa yang diceritakan oleh Rasulullah shalla-llahu ‘alaihi wa sallam”.[9]
Penulis merekomendasikan dua buah buku untuk mengetahui lebih luas Kisah Isra Mi’raj Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam yang menak-jubkan itu. Yaitu Kitab Al-Isra’ wal Mi’raj wa Dzikru Ahaditsihima wa Takhrijuha wa Bayan Shahihima min Saqimiha karya Imam Al-Albani rahimahullahu dan Kitab Al-‘Ayah al-Kubro fi Syarh Qishshah al-Isra’ karya Imam Suyuthi rahimahullahu.



Ketiga: Penghuni langit

Beberapa sumber dalam Islam menyebut istilah “Penghuni langit”. Sedangkan langit dalam bahasa Arab kadang berarti setiap sesuatu yang tinggi. Ibnu Qutaibah berkata: “Setiap yang ada di atasmu disebut langit”. Jadi arti matahari dan bulan berada di langit, yaitu berada di ketinggian, atau di arah langit. Sebagai-mana di dalam firman Allah Azza wa Jalla yang menceritakan tentang hujan:
وَنَزَّلْنَا مِنَ السَّمَآءِ مَآءً مُبَارَكًا
"Dan Kami turunkan air yang membawa berkah dari langit (ketinggian)". (Qaf: 9).
Ini artinya apa yang ada di planet-planet lain selain bumi dan andaikata benar ada penghuninya, maka mereka bisa disebut Penghuni Langit dalam pandangan manusia.
Misalkan dalam suatu hadits, Rasulullah shallallahu ’alaihi wasalam bersabda,
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ وَأَهْلَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ حَتَّى النَّمْلَةَ فِي جُحْرِهَا وَحَتَّى الْحُوتَ لَيُصَلُّونَ عَلَى معلم النَّاس الْخَيْر
"Sesungguhnya Allah dan para Malaikat-Nya, serta para penghuni langit dan bumi, bahkan semut yang ada di dalam lubangnya dan juga ikan, akan mendo'akan orang yang mengajarkan kebaikan kepada ummat manusia". (HR. Tirmidzi no. 2685, dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam al-Misykat no. 213).
Pada Hadis diatas, Rasulullah shallallahu ’alaihi wasalam membedakan antara Malaikat dengan Penghuni Langit. Siapakah yang dimaksud dengan Penghuni Langit dalam hadits diatas ?.
Menurut penulis Kitab Mirqatul Mafatih (1/298), Tuhfatul Ahwadzi (7/379) dan Mir’atul Mafatih (1/319)[1], maksud dari kata “malaikat” dalam hadits diatas adalah malaikat yang didekatkan seperti malaikat yang memikul Arsy. Sedangkan yang dimaksud “dan Penghuni langit” yaitu para malaikat secara umum. Jadi tidak ada dalam pemahaman ulama, bahwa “penghuni langit” dalam hadits ini maksudnya alien atau sesuatu selain malaikat.
Namun, jika kita bersikeras bahwa makna penghuni langit tersebut bisa juga termasuk mahluk yang lain selain malaikat, maka bolehlah kita berpegang dengan keumuman hadits diatas. Wallahu ’alam.

selesai.

Sumber
http://sejarahalternatif.blogspot.com/2012/03/misteri-planet-inhabit-1.html

7 MATA PADA MANUSIA




Secara teknis manusia bisa melihat hal-hal non fisik dikarenakan indera-indera tertentunya aktif & berfungsi. Indera-indera tersebut bisa digolongkan kedalam dua kategori yaitu kamera & penerima.

 7 Mata Manusia
Kamera sebagai pintu masuknya penglihatan adalah cakra mata ketiga sampai dengan cakra mata ketujuh. Betul, disamping dua mata fisik, manusia masih mempunyai lima mata lagi. Lima mata ini non fisik dan berfungsi di tingkat eterik/energi. Lima mata ini sebenarnya adalah cakra-cakra atau pintu energi yang ada di lapisan tubuh non fisik. Cakra yang terbesar adalah cakra mata ketiga yang juga merupakan salah satu cakra utama. Sementara cakra mata keempat sampai ketujuh berdasarkan ukurannya tergolong sebagai cakra biasa.

Mata eterik ini mempunyai fungsi masing-masing. Mata ketiga berfungsi untuk melihat energi yang lebih kasar seperti hantu. Mata kelima yang juga dikenal sebagai cakra dahi berfungsi untuk melihat energi yang lebih halus seperti tubuh astral, cakra, aura dan sebagainya. Mata ketujuh yang terletak sekitar 2,5 cm di atas garis rambut berfungsi untuk melihat energi yang amat halus. Sedangkan mata keempat dan keenam berfungsi untuk pengertian terhadap ketinggian, warna dan jarak

 Cakra, Jaringan pelindung dan Simpul Cakra Untuk mengaktifkan sebuah mata eterik, cakra yang bersangkutan harus terbuka. Jaringan pelindung yang terletak di belakang cakra juga harus dapat dibuka. Jaringan pelindung ini berfungsi seperti sebuah shutter pada kamera.

Pembukaan jaringan pelindung yang amat halus ini harus dilakukan dengan hati-hati, karena mudah robek dan rusak. Apabila jaringan pelindung ini robek, mata eterik akan aktif secara terus menerus. padahal seharusnya mata eterik dapat diaktifkan atau diistirahatkan sesuai keinginan.

Orang-orang yang mengkonsumsi obat-obatan terlarang, jaringan pelindung nya sering robek, sehingga mereka sering melihat hal-hal yang tidak diinginkan.

Kelenjar Pineal & Pituitary

Penerima sesuai namanya berfungsi menerima informasi dari mata ketiga sampai ketujuh dan mengirimnya ke otak, sehingga kesadaran fisik manusia dengan otak sebagai pusat kesadarannya bisa menerima dan mengolah informasi ini. Kelenjar pineal lah yang bertugas untuk mengirim informasi ini. Kelenjar pineal perlu diaktifkan agar informasi yang diterima mata ketiga sampai ketujuh bisa diterima oleh otak. Tanpa aktifnya kelenjar pineal, walau mata-mata eterik manusia bisa menangkap berbagai informasi non fisik, kesadaran fisiknya tidak akan menerima informasi ini dan tidak bisa melihat hal-hal non fisik. Organ penting lain adalah kelenjar pituitary yang mempunyai kemampuan memanjang dan memendek mirip kemampuan zoom dalam kamera foto.

Kemampuan melihat hal-hal non fisik ini sebenarnya sangat luas tidak terbatas hanya melihat hantu atau aura saja, tapi bisa sampai melihat organ tubuh, tulang, penyakit di dalam tubuh, seseorang yang berada di tempat jauh maupun ke masa yang lalu. Namun perlu diingat, melihat tidak lah berarti mengerti. Disini walau sudah menggunakan indera di lapisan tubuh non fisik, tapi kita masih menggunakan otak sebagai pusat pengolahan informasinya. Otak sangat lah terbatas dalam memahami hal-hal non fisik. Otak hanya bisa mengerti apa-apa yang ada di dalam database nya dan mengolahnya secara primitif, sehingga sering mengambil kesimpulan yang salah.

Katakanlah mata-mata eterik dan kelenjar-kelenjar seperti disebutkan diatas sudah aktif, dan kita bisa melihat hantu, namun pernahkah otak kita mengerti bahwa hantu itu sebenarnya sedang berniat jahat ke kita atau malah hantu itu sebenarnya bermaksud meminta tolong ke kita. Atau kita bisa melihat ada energi berwarna merah di dalam tubuh seseorang dan langsung menghakimi ada jin di dalam tubuh orang tersebut, padahal sebenarnya bisa jadi itu adalah proses pembersihan alami yang sedang berjalan untuk mengeluarkan kotoran-kotoran dari akibat ber emosi negatif.

Untuk itu, jika anda tergolong orang-orang yang bisa melihat hal-hal non fisik, bersikaplah hati-hati dan tidak cepat mengambil kesimpulan terhadap apa-apa yang terlihat. Penglihatan tersebut akan lebih mudah dipahami jika anda mulai mencapai kesadaran yang lebih tinggi, seperti kesadaran jiwa atau yang lebih tinggi lagi. Dari pengalaman penulis, hal-hal non fisik bisa dipahami dengan sangat jelas saat kita mulai menggunakan hati & hati nurani.


http://www.facebook.com/radenaria.sanggarangin?ref=tn_tnmn

Sunday, July 22, 2012

CAKRA KUNDALINI
 
Sedikit Pengetahuan Tentang Kundalini
Kundalini sering disebut sebagai ular api. Ia adalah kekuatan yang amat hebat yang berada dalam tubuh manusia. Energi ini berada dalam semua tataran alam. Kudalini merupakan kekuatan yang amat hebat yang berada dalam tubuh manusia, Kundalini berada pada suatu relung berukuran 2 cm kubik yg terdapat diantara anus dan alat kelamin, persis dibawah cakra dasar.
Dalam relung tersebut, kundalini berbentuk gulungan spiral yg terdiri dari tiga setengah putaran, ia sering disebut sebagai Dewi Ular karena bentuknya yang bergulung saat tidur dan kenaikanya yang tidak secara lurus. secara waskita Kundalini terlihat sebagai cadangan energi yang amat dahsyat yang berada di perineum dalam bentuk gulungan tiga setengah lingkaran, gulungan gulungan ini diyakini sebagai cadangan spiritual yang akan menuntun manusia mencapai pencerahan, orang yang dapat menguasai kundalini secara sempurna akan memperoleh kekuatan batin , kekuatan kekuatan bathin ini kadang sering tidak bisa dipercaya dan sulit untuk diterima dengan akal sehat seperti misalnya ia mampu mengecilkan tubuhnya ( Anima ), ia mampu membesarkan tubuhnya ( Mahima ), ia mampu membuat tubuhnya ringan ( Laghima ), ia mampu membuat tubuhnya berat ( Garima ) , ia dapat mencapai apapun yang diinginkannya, ia memiliki mata bathin , telinga bathin, dan dapat mengirim dan menerima pikiran ke dan dari orang lain, dapat membaca pikiran mahluk lain ( Prapti ) . ia dapat tinggal di air selama yang dia inginkan ( Prakamya ) , 7) Vasitwam., ia dapat menaklukan napsu dan perasaan serta dapat mengontrol semua elemen alam ( Vasitwam ) dan ia juga memiliki kemampuan Isthatvam..
Efek samping mempelajari Kundalini.
Kundalini adalah sebuah kekuatan yang maha besar dan sangat dahsyat. jadi jangan pernah bermain main dengan kekuatan ini, dengan hanya melalui bimbingan dari seorang guru sejati anda boleh mempelajarinya. adalah sangat tidak bijaksana berpikiran bahwa anda adalah perkecualian untuk bahaya tersebut hanya karena mengira diri kita sudah siap. ketika Kundalini bangkin akan mulai melakukan pembersihan baik itu Cakra, Nadhis, otot, tulang, organ dalam tubuh dan lain sebagainya.
beberapa manfaat dari kebangkitan Kundalini adalah

  1. Menciptakan keseimbangan tubuh secara holistic (fisik, mental, emosional dan spiritual)
  2.               Membantu proses percepatan penyembuhan seluruh jenis penyakit
  3.                Peningkatan daya imun tubuh dari penyakit dan stress
  4. o       Melepaskan trauma masa lalu
  5. o       Memperbaiki sikap mental yang kurang baik
  6. o       Meningkatkan kecerdasan dan konsentrasi
  7. o       Kemampuan untuk mengontrol pikiran dan emosi
  8. o       Melancarkan peredaran darah
  9. o       Memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak dan meremajakan DNA tubuh
  10. o       Membersihkan kotoran-kotoran eterik
  11. o       Memperbaiki system metabolisme tubuh
  12. o       Membersihkan chakra-chakra dan jalur-jalur energi
  13. o       Memurnikan getaran/vibrasi energi pada tubuh
  14. o       Menyeimbangkan keaktifan semua chakra
  15. o         Memurnikan prana/energi yang masuk ke dalam tubuh
  16. o      Membantu bangkitnya kemampuan clairvoyance, yaitu kemampuan dalam melihat dan merasakan energi yang halus (subtle energies) seperti : melihat aura, pancaran energi, melihat chakra dll
  17. o       Membantu bangkitnya kemampuan clairaudience, yaitu kemampuan dalam mendengar dan memahami suara gaib, mendengar pesan dari alam/dimensi lain.
  18. o       Membantu bangkitnya kemampuan psychometry, yaitu dapat mengetahui sejarah suatu benda hanya dengan sentuhan saja.
  19. o       Membantu bangkitnya kemampuan clairsentience, yaitu kemampuan merasakan suatu pikiran, emosi, aroma, dan sensasi fisik (emosi dan sakit yang diderita orang lain)
  20. o       Membantu bangkitnya kemampuan psychokinesis, yaitu kemampuan mempengaruhi sikap, pikiran dan jiwa seseorang ke arah yang lebih baik, menenangkan orang yang kalap, bingung, emosi, dan dapat menyadarkan/menetralisir orang yang kesurupan (trance).
  21. o       Materialisasi, yaitu kemampuan untuk mewujudkan/mempercepat proses pencapaian keinginan/cita-cita, menetralisir suatu tempat / benda dari energi yang merugikan.
  22. o      Out Of Body Experience, yaitu kemampuan untuk melepas tubuh eterik memasuki dimensi tingkat tinggi, bertemu dengan spiritual guide/ascended masters/guru-guru tingkat tinggi
  23. o      Merasakan peningkatan pengalaman spiritual dalam kehidupan yang anda jalani sekarang maupun pada tingkat dimensi yang lebih subtle dan tinggi.
  24. o       Lebih mudah memasuki keadaan meditatif
  25. o       eningkatan kesadaran yang lebih tinggi guna pencerahan/enlightment
  26. o       Proteksi tubuh, harta benda dan objek lainnya
  27. o       Terlindungi dari niat tidak baik orang lain
  28. o       Menetralisir ancaman-ancaman kejahatan
  29. o       Terbebas dari pengaruh serangan energi negatif
  30. o       Reflek tubuh yang baik disaat bahaya mengancam, dll
kebangkitan Kundalini sebelum waktunya dapat memberikan bahaya yang sangat besar terhadap tubuh fisik maupun lapisan tubuh halus, yang dikenall dengan istilah sindrom Kundalini. sindrom dalam pengertian kamus adalah gejala yang menandakan suatu penyakit , kekacauan psikologis, atau kondisi tidak normal lainnya.
sindrom dapat juga diartikan efek negatif yang ditimbulkan dari suatu kegiatan. berikut adalah efek yang ditimbulkan oleh kebangkitan Kundalini sebelum waktunya :
1) Energi Kundalini. kundalini yang seharusnya mengalir ke atas berbalik mengalir ke bawah sehingga merangsang bekerjanya nafsu nafsu rendah. orang tersebut dapat menjadi menawa denawa ( manusia setengah raksasa / jahat , manusia setengah binatang.
2) Bahkan dalam kondisi tertentu , seseorang akan nampak seperti orang gila. ia akan berteriak teriak merasakan sesuatu yang tidak wajar yang terjadi dalam dirinya seperti kepanasan, menggigil, dan lain sebagainya.
3) yang paling menakutkan adalah ia menjadi gila karena salah mengaktivasi Kundalini
jadi jangan membangkitkan "Kundalini" Sendiri tanpa ada "Pemandu" yang mengetahui tentang tata cara pembangkitan Kundalini tersebut.